Minggu, 01 Mei 2011

Ekonomi Sulsel Bisa Tumbuh Lebih 8 Persen

PEREKONOMIAN Sulsel diperkirakan tumbuh lebih baik pada triwulan II 2011 dibanding periode Januari-Maret yang mencapai 8,03 persen. Sementara akhir tahun diyakini bisa mencapai 8,5-8,75 persen.

Humas Bank Indonesia Makassar, Gusti Raizal Eka Putra, Minggu, mengaku pihaknya sementara menyusun datanya dan mereka baru bisa mengeluarkannya setelah BPS. Sementara itu, seperti biasanya BPS merilis data-datanya setiap awal bulan.

Namun, data-data kinerja perbankan Sulsel sejak Januari 2011 pernah dipaparkan Pemimpin Bank Indonesia Makassar, Lambok Antonius Siahaan pada saat peresmian Bank Jabar Banten (BJB) di Makassar, 31 Maret lalu.

Menurut Lambok, sejak Januari 2011 hingga Maret, pertumbuhan perbankan cukup signifikan, baik dari segi penyaluran kredit, pencapaian Dana Pihak Ketiga (DPK), maupun dari sisi aset.

Lambok mengungkapkan, Sulsel dengan 37 perbankan dengan jumlah kantor cabang sebanyak 105 kantor, diharapkan dapat meningkatkan perekonomian Sulsel tahun ini. Aset perbankan di Sulsel sebut Lambok mencapai Rp51,2 triliun atau tumbuh sebesar 28,05 persen. Penyaluran kredit juga mengalami pertumbuhan sebesar 13,94 persen.

Peningkatan pertumbuhan kinerja perbankan juga ditopang dari pertumbuhan DPK 20,91 persen, atau mencapai Rp36,8 triliun. Pertumbuhan Loan to Deposit Ratio (LDR) juga cukup besar, di atas 100 persen.

Pertumbuhan LDR tersebut diakibatkan besarnya dana dari luar Sulsel yang digunakan untuk pemberian kredit, dan belum terdapatnya keseimbangan antara tingkat simpanan masyarakat yang masuk ke lembaga, dengan daya serap pembiayaan.

Korwil Sulawesi Badan Pengurus Pusat Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi), Ridwan Djabir Patiwiri melihat, berkaca dari pertumbuhan perbankan, juga dari sisi produksi, Ridwan yang akrab disapa Dino ini mengaku lebih optimis dengan triwulan kedua.

Menurutnya, jika pada triwulan pertama, hasil produksi beras kurang memuaskan, akibat faktor cuaca, triwulan kedua hasil beras diprediksi akan lebih melimpah, karena masih banyak daerah yang akan panen. "Pokoknya semua yang berkaitan dengan agrobisnis, biasanya tumbuh pada triwulan kedua. Baik itu, beras, kakao, bahkan hasil laut juga bertopang pada faktor cuaca, sehingga kita lebih optimis pada triwulan kedua ini," ujarnya.

Sektor-sektor lain seperti properti, lanjut Dino, biasanya ikut dengan efek domino dari pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Di sisi lain, pemenang pilkada di sepuluh daerah yang baru saja dilantik, sudah bisa memperlihatkan hasil kerja pada triwulan kedua ini.

Proyek-proyek APBN juga sudah mulai dikerja, sehingga efeknya tentunya akan mengatrol tenaga kerja lokal. Banyaknya yang bekerja tentunya akan meningkatkan daya beli, sehingga ekonomi akan kembali tumbuh. Sementara itu, pengamat ekonomi Sulsel, Syarkawi Rauf mengatakan, pertumbuhan ekonomi Sulsel secara kuartalan belum optimal. Ibarat mobil atau motor, perekonomian Sulsel, kata dia, belum bisa pindah ke "gigi" atau gear yang lebih tinggi.

Perekonomian Sulsel belum berakselerasi yaitu mencapai level pertumbuhan sama seperti periode sebelum krisis perekonomian global tahun 2008 dan 2009. Penilaian Syarkawi ini didasarkan pada sejumlah indikator, termasuk ekspor komoditas utama Sulsel ke sejumlah negara.

Hal tersebut, kata dia, dapat diamati dari sisi pencapaian pertumbuhan ekonomi Sulsel hingga kuartal pertama 2011 secara year on year, yang hanya sekitar 8,30 persen (angka proyeksi). Angka ini, sebut Syarkawi, lebih rendah dibandingkan dengan pencapaian pertumbuhan pada kuartal keempat 2010 yang mencapai sekitar 8,93 persen, sebagaimana data BPS dan BI, 2010.

Namun, lanjut dia, pertumbuhan ekonomi Sulsel masih relatif lebih tinggi jika dibandingkan dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi daerah di KTI yang hanya besar 5,5 – 6,5 persen. Pertumbuhan ekonomi Sulsel juga lebih tinggi jika dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi nasional pada kuartal pertama tahun 2011 yang diperkirakan sekitar 6,4 persen.

Perkembangan perekonomian Sulsel secara kuartalan, lanjut Syarkawi, dapat diamati dari dua sisi, expenditure dan output. Pada sisi expenditure, terdapat dua faktor yang memberi sumbangan relatif besar terhadap pertumbuhan ekonomi Sulsel, yaitu konsumsi rumah tangga dan ekspor-impor.

Dari sisi konsumsi rumah tangga yang relatif tinggi didorong oleh musim panen, khususnya hasil-hasil perkebunan dan juga pertanian, dan kelonggaran perbankan dari sisi pemberian kredit untuk konsumsi. Sementara ekspor dipicu oleh meningkatnya permintaan terhadap komoditi pertambangan khususnya nikel serta komoditas pertanian dan perikanan seperti kakao, rumput laut, dan produk perikanan lainnya.

Khusus untuk belanja pemerintah, kontribusinya relatif kecil karena penyerapan anggaran yang juga masih rendah, baik untuk pemerintah provinsi Sulsel sendiri maupun kabupaten/kota. Bahkan ada beberapa dinas baik di level provinsi maupun kabupaten/kota yang penyerapan anggarannya masih sekitar lima persen.

Hal itu, sambung Syarkawi, tercermin pada dua hal pokok, yaitu pertumbuhan kredit modal kerja dan investasi dari posisi Januari ke Februari 2011 (m to m) yang masing-masing hanya meningkat sekitar Rp1,5 triliun dan Rp162 miliar. Peningkatan terbesar justru terjadi untuk kredit konsumsi, yaitu pada periode yang sama meningkat sekitar Rp2,5 triliun.

Namun demikian kata Syarkawi, sektor perbankan di Sulsel patut diberikan apresiasi dengan kemampuannya mendorong semakin besarnya alokasi kredit untuk usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).

Selama Januari hingga Februari 2011, ekspor non migas Sulsel mengalami pertumbuhan yang sangat pesat, yaitu meningkat sekitar USD50 juta dari sekitar USD60,236 juta pada Januari 2011 menjadi sekitar USD112,855 juta (BI, 2011).

Kondisi ini bisa dimengerti mengingat beberapa negara maju yang merupakan tujuan ekspor utama Sulsel, masih berusaha untuk keluar dari krisis. Lambatnya perkembangan ekonomi negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan Jepang yang baru dilanda tsunami, mempengaruhi kinerja ekspor Sulsel.

Secara sektoral, dari sembilan lapangan usaha, terdapat tiga lapangan usaha yang mengalami pertumbuhan tertinggi, yaitu pengangkutan dan komunikasi, perdagangan, hotel, dan restoran, dan bangunan. Sementara lapangan usaha listrik, gas, dan air bersih; pertambangan dan penggalian; dan perdagangan, hotel, dan restoran mengalami pelambatan dibandingkan kuartal keempat 2010 (y.o.y). Lapangan usaha lainnya, seperti pertanian dan jasa-jasa pemerintaan tidak banyak mengalami perubahan.

Selain itu, lanjut Syarkawi, perekonomian Sulsel juga menerima eksternalitas positif dari perekonomian Sulbar terkait dengan pelaksanaan sejumlah proyek pembangunan senilai triliunan rupiah. "Perlu diketahui bahwa income-nya di Sulbar tetap mayoritas spendingnya dilakukan di Makassar," sebutnya

(Fajar,
Senin, 02 Mei 2011)

0 Comments:

Post a Comment



Blogger templates made by AllBlogTools.com