Selasa, 29 Desember 2009

11 PROJECT INVESTMENT IN SOUTH SULAWESI

1. Makassar Port Development

2. Business Center Project Center Point Of Indonesia

3. Pelabuhan Ikan Nusantara, Untia

4. Makassar Industrial Area Development II

5. Railway network Makassar - Pare-pare

6. Power Plant Waste

7. Cacao Processing Industry

8. Seaweeds Processing Industry

9. Cattle breeding and Integrated

10. Resort Development Project Small islands in Makassar

11. Integrated LNG Terminal Development

PELUANG INVESTASI SEKTOR KEHUTANAN

GETAH PINUS

Luas : 72.000 Ha
Produksi : 228 Ton/Tahun
Lokasi Potensi : Kabupaten Bantaeng, Sinjai, Jeneponto, Bone, Gowa , Tana Toraja, Pangkep,
Enrekang, Pinrang, Soppeng, Maros dan Barru
Peluang Investasi : Budidaya dan Industri Pengolahan Gondorukem.

POTENSI SEKTOR PETERNAKAN

1. SAPI

Populasi : Sapi Potong : 711.419 Ekor
Sapi Perah : 1.867 Ekor
Lokasi Potensi : Kabupaten Bulukumba, Bantaeng, Takalar, Gowa, Sinjai, Bone, Barru, Wajo, Sidrap,
Pinrang dan Enrekang.
Peluang Investasi : Perdagangan eksport ke Malaysia, Penggemukan sapi (impor) di Maros, Gowa, Takalar,
Industri pengalengan daging


2. KAMBING

Populasi : 444.757 Ekor
Lokasi Potensi : Kabupaten Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bantaeng, Jeneponto, Takalar, Pangkep dan
Enrekang.
Peluang Investasi : Budidaya, Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak.

3. AYAM

Populasi : Buras : 114.336.350 Ekor
Ras (Pedaging) : 14.207.840 Ekor
Ras (Petelur) : 4.772.527 Ekor
Lokasi Potensi : Kabupaten Sidrap, Gowa, Bone, Sinjai, Luwu, Luwu Utara, Bantaeng, Takalar,
Jeneponto, Pangkep, Wajo, Pinrang, Enrekang dan Tana Toraja.
Peluang Investasi : Pembibitan Ayam dan Pakan.

4. ITIK

Populasi : 2.415.458 Ekor
Lokasi Potensi : Kabupaten Jeneponto, Takalar, Gowa, Maros, Pangkep, Soppeng, Wajo, Sidrap
dan Pinrang.
Peluang Investasi : Budidaya

PELUANG INVESTASI SEKTOR PERTAMBANGAN

1. NIKEL

Untuk pembuatan campuran kuningan, perunggu dll, industri kelistrikan, alat-alat transfortasi dan
pembuatan pelat nikel serta industri logam lainnya.
Bahan galian logam nikel tersebut terjadinya merupakan hasil pelapukan dari batuan ultra basa.
Lokasi penyebarannya di Kecamatan Nuha Kabupaten Luwu Timur. dan telah dilakukan eksploitasi oleh
PT. INCO Tbk.

2. EMAS

Untuk cadangan moneter, perhiasan, kedokteran dan industri kimia.
Terdapat di Kabupaten Luwu, Luwu Utara, Luwu Timur, Kota Palopo, Sinjai, Gowa, Bulukumba,
Enrekang,Toraja, Wajo, dan Kabupaten Bone.
Komposisi S. Punanga, urat: Au = 0,45-0,75 ppm, Ag = 5,00-7,00 ppm; Hablur: Au = 0,45 ppm,
Ag = 18,5 ppm. S. Pattira raba, urat: Au = 0,75 ppm, Ag = 48 ppm ; Hablur Au = 1,05 ppm,
Ag = 4,00 ppm, S. Bangkoa, Hablur Au = 1,05-120 ppm, Ag = 3,50-35,5 ppm

3. MANGAN

Untuk bahan baku industri baterai, pensil, dan kosmetik. Cara terjadinya adalah merupakan proses
hidrotermal, sedimentasi, konsentrasi residu dan cara metamorfosa batuan beku yang bersifat basa
sampai intermediate. Terdapat di Kabupaten Bone : Ponre 5.000.000 ton,
Pammusureng 2.325.000 ton Kabupaten Barru sedimen dalam gamping dan lanau.
Komposisi : Pammusureng, MnO2 = 5-40%, Ponre, MnO2 = 40-45%

4. BESI

Untuk industri Baja, perkapalan dan industri logam lainnya.Terdapat di Kab. Luwu Timur :
Larona 22.400.000.000 ton, Lingkona 1.550.000 ton. Kab. Bone, Bontocani (dalam penelitian).
Pasir besi di Kab. Takalar : Pa’rapunganta 2.865.000 ton, Galesong 2.000.000 ton.
Kab. Selayar : Jampea 37.500 ton. Kab. Jeneponto : Kelara 500.000 ton.
Komposisi : Larona : SiO2 = 2,04 %, Al2O3 = 7,45 %, Fe = 49 %, Fe2O3 = 68,9%

5. PASIR BESI

Untuk industri Baja, perkapalan, Semen dan Kaca. Terdapat di Kabupaten Takalar
(Kampung Pa’rampunganta 2.865.000 ton, Galesong 2.000.000 ton), Kabupaten Selayar
Jampea 37.500 ton dan Kabupaten Jeneponto Kampung Kelara 500.000 ton.
Pasir besi ini terbentuk dari proses sedimentasi mekanik material lapukan batuan sekitar yang
berifat basa. Berupa material lepas hasil sedimentasi yang masih berlangsung dan dipengaruhi
oleh pola arus sekitar pantai.

6. KROMIT

Untuk bahan baku stainless steel dan komponen elektronik. Terdapat Kab. Barru : Lisu = 741.000 ton,
Palluda = 200.000 ton, Lasitae = 6,925 ton, Kabupaten Luwu Timur : Malili = 10.000 ton,
Danau Towuti = 50.000.000 (Hipotetik) dan Segeri Mandalle Kabupoaten Pangkep.
Longgokan kromit terbentuk dari differensiasi late magmatik yang membentuk kelompok
batuan ultra basa. Komposisi : Lisu = Cr203 = 40-50 %, Fe203 = 5,0-10,0 %

7. TIMAH HITAM

Untuk bahan baku industri logam dasar. Terdapat di Baturappe Kabupaten Gowa 2.375 ton,
Polongbangkeng Kabupaten Takalar, dan Kampung Sasak Kabupaten Tator 125.000 ton.
Berupa jebakan hidrotermal dalam bentuk pengisian urat-urat yang berkomposisi andesit dan basal

8. BATUBARA

Untuk bahan bakar industri dan briket. Terdapat di Kab. Maros : Mallawa 4.199.000 ton,
Taccepa 4.290.000 ton, Uludaya 2.925.000 ton, dan Bontoa 910.000 ton. Kab. Barru :
Pattappa 4.777.000 ton, Panincong 1.698.000 ton, Lisu 520.000 ton, dan Rumpia 1.698.000 ton.
Kab. Pangkep : Tondongkura Kura 6.000.000 ton. Kab. Sidrap : Betua 3.150.000 ton.
Kab. Enrekang : Banti 225.000 ton, Batunoni 180.000 ton. Kab. Soppeng : Gattareng 720.000 ton.
Kab. Bone : Pattukku 4.626.000 ton, Nusa Kelle 450.000 ton. Kab. Sinjai : Bulupodo 600.000 ton,
Pattukku 300.000 ton, dan Cenrana 90.000 ton.

9. ZEOLIT

Untuk industri pakan ternak, pupuk dan penetralisir limbah. Terdapat di Kabupaten Gowa dengan
cadangan sumberdaya 722.179.800 ton dan Tana Toraja (Sangkaropi) 600.000.000 ton.
Sifat fisik : Merupakan kristal agak lunak, berat jenis bervariasi antara 2 sampai 2,4, warna kehijauan,
putih dan coklat.
Penelitian dan pengembangan untuk sektor peternakan ayam dan sektor perikanan komoditi udang
masing-masing di Kabupaten Maros, Sidrap dan Pinrang

10. TRAS

Untuk bahan baku semen pozoland, batoko dan bahan bangunan lainnya.
Bahan galian merupakan hasil kegiatan gunung api berupa tufa yang berwarna putih,
putih kekuning-kuningan mengalami pelapukan berlanjut. Terdapat di Mallusetasi Kabupaten Barru,
Rantetayo dan Rinding Allo Kabupaten Tator dengan cadangan 368.475.000 meter kubik,
Bulukumba 33.750.000 ton dan Kabupaten Gowa 60.000.000 ton

11. BATU GAMPING

Untuk bahan baku semen, pupuk, dan batu dimensi. Terdapat di Kabupaten Maros dengan
cadangan 11.300.000.000 ton, Pangkep 14.840.000.000 ton. Sidrap 1.982.600.000 ton,
Bulukumba 1.000.000.000 ton, Bone 10.420.000.000 ton, Takalar 10.000.000 ton,
Soppeng 4.000.000.000 ton, Selayar 31.316.612.700 ton, Enrekang, Tator dan Pinrang, Barru dan
Jeneponto cadangannya sekitar puluhan juta ton. Eksploitasi telah dilakukan pada
2 industri semen yang ada di Kabupaten Pangkep dan Maros (Semen Tonasa dan Semen Bosowa).

12. MARMER

Untuk batu dimensi dinding lantai dan bahan ornamen. Terdapat di Kabupaten Maros cadangan
75.000.000.000 ton, Bone 10.000.000.000 ton, Pangkep 698.500.000 m3 sedangkan di Kabupaten
Enrekang, Luwu, Luwu Utara dan Barru cadangannya dalam penyelidikan. Eksploitasi telah dilakukan
oleh beberapa perusahaan nasional yang berlokasi Maros dan Pangkep dengan kapasitas produksi
1.000 m3 s/d 10.000 m3 dalam bentuk tile dan blok berbagai jenis ukuran.

13. PANAS BUMI
Kapasitas Daya : 800 – 2450 MW
Lokasi Potensi : Kabupaten Luwu/Luwu Utara, Majene, Polmas, Tana Toraja, Pinrang, Sidrap,
Wajo, Sinjai, Gowa dan Bantaeng

14. BIOMASSA
Potensi energi Biomasa terutama bersumber dari pertanian dan perkebunan yaitu 1.663,180 Ton
Potensi ini belum dimanfaatkan sebagai Pembangkit listrik.
Lokasi Potensi Biomassa di Sulawesi Selatan adalah Kabupaten Takalar, Jeneponto dan Pinrang

15. SOLAR ENERGI
Sebagai negara tropis, Indonesia termasuk Sulawesi Selatan mempunyai potensi energi surya dengan
radiasi harian matahari rata-rata 4,8 kWh/m2
Dimanfaatkan pada daerah pedesaan yang belum terjangkau PLN dalam bentuk
Solar Home System (SHS) adalah 345 Unit dengan kapasitas 143 kW

16. MINYAK BUMI
Potensi Minyak Bumi :
- Cekungan Selat Makassar, Cekungan Spermonde
- Cekungan Teluk Bone
- Cadangan Hipotetik < 2,5 BBO
(Billion Barrel of Oil) belum termanfaatkan

17. SERPIH MINYAK
Potensi energi Serpih Minyak (Bio Shale) yaitu 0,87 ton.
Potensi ini belum dimanfaatkan.

Selasa, 22 Desember 2009

PELUANG INVESTASI SEKTOR PERTANIAN

1. JAGUNG

Areal : 427.500 Ha
Produksi : 969.306 Ton/Tahun
Lokasi Potensi : Kabupaten Bantaeng, Takalar, Sinjai, Jeneponto, Bulukumba, Bone, Gowa
dan Selayar.
Peluang Investasi : Perdagangan Ekspor, Inds. Pakan Ternak, Dryer, Gudang,
Pertanian Mekanisasi Penuh & Industri Bio Ethanol
Lahan Potensial : Masih tersedia 198.000 Ha. untuk Pengembangan


2. PADI

Areal : 587.304 Ha
Produksi : 3.675.252 Ton
Lokasi Potensi : Kab. Bone, Soppeng, Wajo, Sidrap, Pinrang dan Kawasan Luwu.
Peluang Investasi : Perdagangan Ekspor ke negara ASEAN, termasuk Malaysia,
Pengemb. Beras Organik dan Inds. Makanan di Makassar
Lahan Potensial : 172.495 Ha. utk Pengembangan

Rabu, 16 Desember 2009

PELUANG INVESTASI SEKTOR PERIKANAN

1. UDANG

Areal : 99.453 Ha
Lahan Potensial : Teknologi Intensif : 1.613 Ha
Semi Intensif : 5.221 Ha
Polikultur : 36.718 Ha
Jumlah : 43.552 Ha
Lokasi Potensi : Kabupaten Pangkep, Maros, Pinrang, Bone, Barru dan Luwu.
Volume Ekspor : Vannamae : 901,55 Ton
Windu : 4.201,13 Ton
Udang Lainnya : 1.484,00 Ton
Jumlah : 6.586,68 Ton
Nilai Ekspor : Vannamae : 6.000.595,11 US $
Windu : 54.864.123,94 US $
Udang Lainnya : 9.842.117,84 US $
Jumlah : 70.706.836,89 US $
Tujuan Ekspor : Amerika, Uni Eropa dan Jepang.
Peluang Investasi : Budidaya, Industri Pembekuan, Industri Pengolahan dan Perdagangan.


2. RUMPUT LAUT

Areal : Laut : 193.700 Ha
Tambak : 32.000 Ha
Jumlah : 125.700 Ha
Lahan Potensial : Laut : 250.000 Ha
Tambak : 98.617 Ha
Jumlah : 348.617 Ha
Potensi Produksi : Gracilaria sp : 320.000 Ton
E. Cottoni : 465.000 Ton
Jumlah : 785.000 Ton
Lokasi Potensi : Sentra Gracilaria sp : Palopo (Inkubator), Luwu, Luwu Utara, Luwu Timur, Bone,
Wajo, Pinrang, Barru, Pangkep, Maros, Takalar, Bulukumba &
Sinjai adalah Cluster.
Sentra E. Cottoni : Takalar (Inkubator), Jeneponto, Bantaeng, Bulukumba, Sinjai,
Selayar, Makassar, Pangkep, Barru, Pinrang, Bone, Wajo,
Luwu, Palopo, Luwu Timur dan Luwu Timur adalah Cluster.
Produksi : Gracilaria sp : 25.261 Ton
E. Cottoni : 50.285 Ton
Jumlah : 75.546 Ton
Volume Ekspor : 28.350,3 Ton
Nilai Ekspor : 10,8 Juta US $
Jenis Ekspor : Bahan Baku Kering, Powder & Chips.
Peluang Investas : Perdagangan ekspor ke Malaysia, Budidaya perairan di Takalar, Jeneponto,
Bantaeng, Membangun Pabrik Pengolahan, Membangun industri makanan


3. KEPITING

Produksi : 2.199,6 Ton
Lokasi Potensi : Kabupaten Bone, Wajo, Luwu, Pinrang dan Sinjai.
Volume Ekspor : 756,1 Ton
Nilai Ekspor : 6.932,4 US $
Peluang Investasi: Industri Pengolahan, Teknologi SDM, Budidaya dan Pemasaran.
Lahan Potensial : Masih tersedia untuk Pengembangan

Selasa, 15 Desember 2009

PELUANG INVESTASI SEKTOR PERKEBUNAN

KAKAO
Areal : 250.521,84 Ha
Produksi : 101.856,82 Ton
Lokasi Potensi : Kabupaten Luwu, Bone, Wajo, Luwu Utara, Pinrang , Enrekang, Sinjai dan Sidrap.
Negara Tujuan : AS, Brasil, Cina, Inggris, Jepang, Jerman, Malaysia, Singapura,
Spanyol, Tahiland, Kanada dan Belanda.
Peluang Investasi : Pengembangan Perkebunan, Perdagangan Ekspor Biji Kakao, Industri pengolahan
(powder, butter, cake ), Pabrik permen
Lahan Potensial : Masih tersedia untuk pengembangan


KOPI ARABIKA
Areal : 42.864,59 Ha
Produksi : 18.567,80 Ton
Volume Ekspor : 2.658,926 Ton
Nilai Ekspor : 8.821.125,20 US $
Lokasi Potensi : Kabupaten Enrekang, Tana Toraja, Luwu, Sinjai, Jeneponto dan Gowa.
Tujuan Ekspor : AS, Korea, Australia, Eropa, Jepang, Singapura dan Taiwan.
Peluang Investasi : Industri Pengolahan, Industri Pengeringan, Perdagangan, Budidaya,
Regenerasi Perkebunan dan Teknologi SDM.
Lahan Potensial : Masih tersedia untuk Pengembangan


KOPI ROBUSTA
Areal : 26.544,89 Ha
Produksi : 13.154,26 Ton
Volume Ekspor : 722,300 Ton
Nilai Ekspor : 125.457,50 US $
Lokasi Potensi : Kabupaten Bulukumba, Sinjai, Selayar, Tana Toraja, Luwu Utara, Pinrang, Gowa
dan Bantaeng
Tujuan Ekspor : Jepang
Peluang Investasi : Industri Pengolahan dan Perdagangan.
Lahan Potensial : Masih tersedia untuk Pengembangan


KELAPA SAWIT
Areal : 8.310,90 Ha
Produksi : 75.388,75 Ton
Lokasi Potensi : Kabupaten Luwu, Luwu Utara dan Luwu Timur.
Tujuan Ekspor : AS, Korea, Australia, Eropa, Jepang, Singapura dan Taiwan.
Peluang Investasi : Industri Pengolahan, Budidaya, Perkebunan dan Teknologi SDM
Lahan Potensial : Masih tersedia untuk Pengembangan


LADA
Areal : 12.243,44 Ha
Produksi : 6.448,10 Ton
Volume Ekspor : 17.000 Ton
Nilai Ekspor : 35.189,02 US $
Lokasi Potensi : Kabupaten Sinjai, Bulukumba, Bone, Enrekang dan Luwu Timur.
Tujuan Ekspor : Hongkong dan Malaysia.
Peluang Investasi : Industri Pengolahan, Pengeringan, Perdagangan dan Teknologi SDM.
Lahan Potensial : Masih tersedia untuk Pengembangan


KELAPA DALAM
Areal : 97.369,83 Ha
Produksi : 64.775,26 Ton
Lokasi Potensi : Kabupaten Selayar, Luwu, Bulukumba, Bone, Pinrang, Jeneponto dan Sinjai.
Peluang Investasi : Industri Pengolahan, Pengeringan, Regenerasi, Perkebunan,
Industri Meubel dari Batang Kelapa.
Lahan Potensial : Masih tersedia untuk Pengembangan


CENGKEH
Areal : 41.598,39 Ha
Produksi : 19.872,62 Ton
Lokasi Potensi : Kabupaten Luwu, Tana Toraja, Bone, Enrekang, Sinjai, Wajo dan Kota Palopo.
Tujuan Ekspor : Taiwan, Cina, Malaysia, Pakistan, Singapura dan Vietnam.
Nilai Ekspor : 1.120 US $
Peluang Investasi : Industri Pengolahan untuk Pakan Ternak, Pergudangan, Pengeringan dan
Teknologi SDM.
Lahan Potensial : Masih tersedia untuk Pengembangan


JAMBU METE
Areal : 63.069,10 Ha
Produksi : 23.717,25 Ton
Lokasi Potensi : Kabupaten Bone, Pangkep, Pinrang, Barru, Sidrap dan Bulukumba.
Volume Ekspor : 1.662.205 Ton
Nilai Ekspor : 6.442.706,68 US $
Negara Tujuan : Amerika Serikat, Australia, Belanda, Hongkong, Jerman, Kanada, Malaysia,
Singapura dan Vietnam

Rabu, 05 Agustus 2009

Cyber Investment

Seiring dengan semakin majunya teknologi informasi yang menandai millenium baru (abad ke-21) ini dengan aplikasinya yang menyentuh hampir ke semua aspek kehidupan manusia, telah membawa peradaban manusia menuju ke era global konektivitas. Bahwa konektivitas antar individu telah menembus ruang gerak dan waktu dimana dunia maya (cyber world) atau yang lebih dikenal dengan internet telah menawarkan berbagai fitur yang dapat menjembatani komunikasi verbal maupun inverbal secara pasif, aktif bahkan interaktif.

Penanaman Modal atau Investasi yang menjadi tulang punggung perekonomian negara dalam hal ini mengedepankan promosi komoditi-komoditi unggulan dan pelayanan prima yang didukung oleh sistem pendataan yang akurat dan keterkinian update yang dapat dipertanggungjawabkan. Maka integrasi pemanfaatan fitur-fitur teknologi informasi untuk mengakselerasi kegiatan promosi dan pelayanan penanaman modal adalah mutlak untuk meningkatkan daya saing pelayanan investasi Badan Promosi dan Penanaman Modal Daerah (BPPMD) Provinsi Sulawesi Selatan di Indonesia pada khususnya dan dunia pada umumnya.

Berangkat dari realitas tersebut di atas maka BPPMD Provinsi Sulawesi Selatan membentuk Tim khusus untuk menjembatani integrasi pemanfaatan teknologi informasi dalam hal promosi dan pelayanana prima penanaman modal yang bertajuk “Cyber Investment”. Cyber Investment ini merupakan suatu terobosan yang akan semakin menegaskan geliat Provinsi Sulawesi Selatan dalam usahanya untuk semakin meningkatkan kegiatan penanaman modal baik itu yang berupa Penanaman Modal Asing (PMA), Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Hal ini juga mempertegas visi dan komitmen Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan untuk meningkatkan ekonomi daerah Sulawesi Selatan dan peran sertanya dalam perekonomian nasional dan perekonomian dunia.

Sebagai langkah awal, Cyber Investment akan berfokus pada pengumpulan dan inventarisasi data internal dan external serta melakukan pendekatan-pendekatan pada situs-situs potensial untuk mempromosikan investasi di Sulawesi Selatan. Selain itu, Cyber Investment juga akan membangun jaringan antara BPPMD Provinsi Sulawesi Selatan dengan Instansi Penanaman Modal Provinsi (IPMP) lainnya di Indonesia, Instansi Penanaman Modal Kabupaten / Kota (IPMK) se-Sulawesi Selatan dan Instansi teknis terkait serta perusahaan-perusahaan yang menjadi kewenangan BPPMD Provinsi Sulawesi Selatan (PMDN dan PMA) untuk menjalin koordinasi yang lebih efektif dan aktual dan diharapkan nantinya akan menuju ke peningkatan kualitas pelayanan penanaman modal secara signifikan serta peningkatan iklim dan citra investasi di Sulawesi Selatan pada khususnya dan Indonesia pada umumnya.

Minggu, 26 Juli 2009

REALISASI PMA SULSEL LAMPAUI TARGET 2009

Nilai investasi Penanaman Modal Asing (PMA) di Sulawesi Selatan (Sulsel)2009 telah melampaui target, investasi yang telah masuk mencapai 60 juta dolar AS dari target sebesar 26 juta dolar AS.

Kepala Badan Promosi dan Penanaman Modal Daerah (BPPMD) Sulsel, Irman Yasin Limpo di Makassar, Kamis, mengungkapkan permohonan izin usaha tetap (IUT) yang diajukan ke Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) terdapat sekitar lima proyek dari tiga perusahaan asing yang akan dibangun di Sulsel tahun ini.

"Kelima proyek itu diantaranya pembangunan pembangkit listrik serta pembangunan sejumlah industri pengolahan dan pertambangan," ungkapnya.

BPPMD Sulsel dilaporkan tengah memproses pemberian izin usaha tetap di BKPM yang diharapkan pengeluaran izin tersebut sudah dapat diterbitkan pada pertengahan April 2009.

"Kelima proyek yang akan dijalankan itu sudah dapat dilaksanakan akhir April nanti," ucapnya.

Menurut Irman, dengan pemberian izin usaha tetap tersebut akan berdampak pada perkembangan investasi di Sulsel, sebab investor asing akan tertarik untuk menanamkan modalnya di Sulsel. Hal ini dinilai akan berdampak positif terhadap perkembangan perekonomian Sulsel.

Sementara itu, lanjut dia, Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) hingga April dilaporkan belum menunjukkan angka yang cukup signifikan. Diprediksikan peningkatan permintaan investasi PMDN baru akan terjadi pada pertengahan 2009.

Meski demikian, BPPMD Sulsel memprediksi nilai investasi PMDN tahun ini akan mengalami peningkatan dibanding tahun 2008 lalu yang tercatat hanya sekitar Rp1 triliun.

"Nilai investasi PMDN tahun ini dapat mencapai angka Rp3 triliun," ujarnya.

Realisasi investasi di Sulsel tahun ini, justru berbanding terbalik dengan target pertumbuhan investasi secara nasional. Deputi Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Hari Baktio saat berkunjung di Makassar, Rabu, mengungkapkan target pertumbuhan investasi secara nasional sebesar 15 persen dengan nilai sebesar 17 miliar dolar AS diprediksi tidak akan tercapai.

Minimnya pertumbuhan investasi tersebut, ungkap dia, disebabkan minat calon investor dari luar negeri yang mengalami penurunan, akibat terjangan krisis keuangan global.

Rencananya, BKPM akan meningkatkan promosi untuk menjaga pertumbuhan investasi tetap berada di atas 10 persen. Meski demikian, realisasi pertumbuhan tersebut masih tergantung pada kondisi perekonomian negara lain yang menjadi tempat asal para calon investor.

Sementara itu, Wakil Gubernur Sulsel, Agus Arifin Numang mengungkapkan, peningkatan nilai investasi tahun ini harus didukung oleh sejumlah kebijakan pemerintah kabupaten/kota.

Sejauh ini, realisasi pemberian insentif bagi investor dan kemudahan penanaman modal dinilai masih cukup rendah, salah satu kendala yang masih sering dihadapi oleh para investor yakni keberadaan perda retribusi yang cenderung masih memberatkan investor.

Agus meminta, pemerintah kabupaten/kota segera merevisi sejumlah perda retribusi yang dapat menghambat masuknya investor, seperti retribusi penggunaan genset.

Selain itu, pelaksanaan pemberian izin investasi juga diharapkan dapat dilakukan dengan sistem satu pintu. Hingga saat ini dilaporkan, baru empat kabupaten yang telah melaksanakan sistem pelayanan satu pintu seperti kabupaten Pangkep, Gowa, Bantaeng, dan Selayar. (Sumber : http://www.news.id.finroll.com) (02 April 2009)

Investasi PMA Sulsel Capai US$ 64,2 Juta

Nilai investasi Penanaman Modal Asing (PMA) yang masuk ke Sulawesi Selatan dalam lima bulan terakhir, Januari - Mei 2009 mencapai 64,2 juta dolar AS atau sekitar Rp64,2 miliar atau naik 232 persen dari tahun 2008 yang tercatat RP27,6 miliar lebih.

Peningkatan investasi tersebut memungkinkan karena kondisi daerah ini cukup aman dan kondusif bagi pengembangan usaha asing, kata Kepala Badan Promosi dan Penanaman Modal Daerah (BPPMD) Sulsel, Irman Yasin Limpo, di Makassar, Senin.

Investasi PMA tersebut, lanjutnya, antara lain bergerak di bidang energi listrik dan pengolahan kayu.

Menurut Irman, banyak pemodal asing berminat mengembangkan usahanya di sektor pertanian, perkebunan dan industri lainnya seperti kopi dan kakao karena Sulsel merupakan penghasil kakao terbanyak kedua di dunia setelah Pantai Gading, Afrika.

"Saya optimistis investasi PMA masih akan bertambah hingga akhir tahun 2009," ujarnya seraya menambahkan, sampai saat ini investasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) belum ada meskipun sejumlah perusahaan nasional sudah masuk dan berencana melebarkan usahanya di provinsi ini.

Dia mengatakan, BPPMD Sulsel baru mencatat nilai investasi PMDN jika sudah turun izin persetujuan usahanya dari BKPM Pusat, sekaligus merealisasikan 80 persen kegiatan yang akan dibangun di daerah ini.

Menyangkut kegiatan promosi, institusinya keluar negeri untuk mencari investor, katanya, tahun ini dananya sedikit yakni hanya Rp3,5 miliar dibanding provinsi lain di Indonesia yang gencar menjaring pemodal karena dukungan dana APBD provinsinya cukup besar.

"Promosi berstandar baik dan cepat membawa hasil membutuhkan anggaran yang besar," ujarnya dan menilai sangat sulit daerah ini menjual potensi SDA-nya ke Eropa dengan dana sekecil itu sehingga promosi yang dilakukannya hanya sampai ke Malaysia dan Singapura.

Sejak tahun 2004 hingga Mei 2009, lanjutnya, nilai investasi PMA di Sulsel mencapai 236.530.211 dolar AS untuk 32 proyek serta Rp1,4 triliun lebih nilai investasi PMDN dengan 16 proyek. (Sumber : http://www.tvone.co.id) (18 Mei 2009)

Pertumbuhan sektor jasa di Sulawesi Selatan diprediksi mendominasi pertumbuhan investasi di provinsi itu selama tahun 2009.

Kepala Promosi dan Penanaman Modal Daerah (BPPMD) Sulsel, Irman Yasin Limpo di Makassar, Selasa, mengungkapkan, beberapa investor sudah mulai beramai-raamai mendaftarkan proyek tambang dan industri jasa ke pemprov dan pemerintah kabupaten/kota di Sulsel.

"Terlihat dari banyaknya orang yang mendaftarkan perusahaan yang naik dua kali lipat dibandingkan tahun 2008 lalu. Namun kami tidak mengetahui persis jumlah investor yang sudah terdaftar, tapi kami optimistis investasi tumbuh pesat," kata dia.

Kondisi itulah, lanjut dia, pemprov akan fokus memacu masuknya investasi di sektor pertambangan dan jasa utamanya jasa perhotelan dan kegiatan bisnis jasa lainnya.

Dia mengaku, dalam tahun ini pihaknya telah menyusun langkah strategis untuk memuluskan masuknya investor, diantaranya memangkas jalur birokrasi menjadi lebih singkat di tingkat provinsi dan pemkab/kota, menyiapkan lahan tambang, kawasan industri dan menyiapkan SDM terampil dan siap pakai.

BPPMD Sulsel optimistis pertumbuhan nilai investasi di Sulsel tahun 2009 akan ditopang lima sektor industri, yakni pertambangan, agroindustri, industri jasa, industri sekunder, dan industri gula.

BPPMD memprediksi lima sektor tersebut akan memacu nilai investasi tahun ini naik dua kali lipat dibandingkan nilai investasi tahun 2008, yakni Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sebesar Rp1,2 triliun dan Penanaman Modal Asing (PMA) 26 juta dolar AS.

"Optimistis itu tidak lepas dari kebijakan pemprov yang sudah memangkas sistem birokrasi dalam proses perizinan," ujarnya

Pemprov Sulsel, tahun ini akan fokus pada lima sektor tersebut, apalagi nilai investasinya yang diperoleh dari beberapa negara asia, seperti Malaysia, Philipina dan Singapura telah menunjukkan minatnya menanamkan modal di daerah ini.

Dari lima industri tersebut, lanjut dia pihaknya mengutamakan investasi tambang, agro industri, dan industri jasa yang meliputi perhotelan, restoran dan pusat perdagangan.

"Kami terus melanjutkan kebijakan peningkatan investasi di Sulsel yang fokus pada negara asia. Beberapa negara sudah berminat untuk menanamkan modal di Sulsel. Investasi di tambang dan jasa yang lagi tumbuh pesat," pungkasnya

Dia menambahkan sektor tersebut akan memberikan dampak positif dengan tumbuhnya sektor UMKM yang akan menjadi sumber pemasukan baru bagi pemkab dan pemprov.

BPPMD juga menfasilitasi pertemuan langsung antara pemilik modal dengan pemkab sebagai pemilik lahan tambang untuk membicarakan sistem regulasi lokal dan internasional yang menguntungkan kedua pihak. (Sumber : http://antara-sulawesiselatan.com) (31 Maret 2009)

Rabu, 22 Juli 2009

Prolog Genta Investasi

Kehidupan adalah makna dari ikhtisar-ikhtisar yang memiliki muqaddimah tersendiri. Ia berselancar dalam dunia maya yang berperan sebagai hedonisme atau sebuah kiblat dalam ranah egoisme. Manusia melahirkan kultus dan manifesto-manifesto dalam nalar logikanya. Setidaknya kami, anda dan saya pernah memiliki konsep manifesto diri yang menjadi lajur pertautan dan pertaruhan hidup.

Genta merupakan sebuah simbol centang perenang yang jadi penanda gaung simbolisme dari expektasi kehidupan, baik itu etika maupun estetika.Genta secara etimologi yang tertuang dalam nomenklatur kamus, adalah merupakan lonceng besar yang berdiri tegak pada menara keabadian. Yang filososinya adalah lembaga perenungan dan penenangan diri yang sibuk dengan hingar bingar kehidupan dengan pelbagai intrik, evolusi dan revolusi. Yah...masing-masing insan mempunyai gentanya tersendiri untuk memberikan resonansi pada gaung yang tak pernah usai hingga genta kehidupan memberi makna dan arti.
Inilah genta asal muasal perubahan yang menilai dari ranah yang berbeda, yang melihat investasi dengan mata hati sebagai sebuah momentum menata investasi untuk perbaikan iklim investasi di Sulawesi Selatan. Dan kami melihatnya dari Pandangan Mata Kesungguhan Gubernur Sulawesi Selatan, lewat ucapan, laku dan tindakannya walaupun itu menjadi sebuah imaginasi yang termarginalkan, Syahrul Yasin Limpo takkan pernah lekang memilih, memilah dan menilai serta merasakan sebuah genta investasi tiada akhir hingga genta itu sendiri bergaung memperbaiki kesejahteraan rakyat Sulawesi selatan lewat sebuah kata yang bernama INVESTASI.

Blogger templates made by AllBlogTools.com