Rabu, 27 April 2011


Persiapan Penyelenggaraan World Silk Conference 2012

Gairah pasar tenun sutera Sulsel mulai bangkit lagi. Bahkan, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulsel mulai mempersiapkan agar sutera Sulsel menjadi komoditas unggulan pasar internasional. Karenanya, berbagai even dan roadshow ke beberapa tempat mulai dilakukan untuk menggaungkan kembali kualitas sutera Sulsel.
World Silk Konference atau Konferensi Sutera Dunia, akan digelar tahun 2012 mendatang.
Rencananya, Sulsel akan menjadi tuan rumah penyelenggaraan even internasional itu. Even tersebut merupakan kesempatan bagi Sulsel untuk memperkenalkan sutera. Apalagi, konferensi akan dihadiri beberapa negara yang dikenal sebagai penghasil sutera seperti Perancis, China, Thailand, dan India.
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah (BKPMD) Sulsel, Irman Yasin Limpo, menjelaskan, World Silk Conference akan menjadi pintu peningkatan dunia investasi di Sulsel. Khususnya, dalam hal tenun sutera. Apalagi, sutera Sulsel saat ini telah memiliki hampir seratus warna dan kualitas benang yang semakin baik.
“Kenapa kita menginginkan sekali agar konferensi internasional ini diselenggarakan di Sulsel, agar sutera kita kembali pada kejayaannya seperti pada tahun 1970-an. Sutera Sulsel mampu menembus pasar internasional,” ujar Irman, baru-baru ini.
Ia mengungkapkan, beberapa kegiatan prakondisi mulai diselenggarakan sebelum pelaksanaan konferensi tersebut. Tujuannya, untuk memperkenalkan sutera Sulsel di pasaran. Salah satunya, roadshow dan promosi di Singapura, Jakarta dan Bali.
“Roadshow dan pameran itu merupakan prakondisi penyelenggaraan even internasional nanti,” terangnya.
Rencananya, dalam konferensi internasional mendatang, Pemprov Sulsel juga akan mempatenkan sutera sebagai identitas Sulsel. Sehingga, tidak ada lagi negara lain yang bisa mengklaim jika sutera Sengkang merupakan komoditasnya.
“Kita akan berupaya menjadikan sutera ini sebagai salah satu identitas Sulsel. Apalagi, sutera kita memiliki ciri khas sendiri,” jelasnya.
Hal senada dikatakan Kepala Bidang Promosi Investasi BKPMD Sulsel, Sukarniyati Kondolele. Menurutnya, sutera Sulsel memiliki ciri khas yang tidak dimiliki sutera negara lain. Bahkan, dengan kualitasnya itu, sutera Sulsel akan mampu menggeser sutera China di pasar internasional.
“Sekarang ini sutera kita membutuhkan investor untuk sentuhan teknologi dan pewarnaannya,” ujarnya.
Menurutnya, sutera yang ditangani lintas sektoral mampu memberikan efek di semua bidang. Termasuk, dunia investasi dan pariwisata.
“Sutera ini bisa menjadi pintu masuk untuk investasi. Termasuk, untuk pengembangan industri pariwisata,” jelasnya.
Sementara, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sulsel, Suaib Mallombassi, mengatakan, untuk membangkitkan kembali sutera Sulsel, pihaknya juga akan menggelar Jelajah Sutera Nusantara. Rencananya, even itu akan dibuka oleh Ani Yudhoyono.
“Semua instansi terkait akan memberikan dukungan. Apalagi, World Silk Conference nanti juga akan digelar bertepatan dengan tahun kunjungan wisata Visit South Sulawesi 2012. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata akan menggelar Jelajah Sutera Nusantara yang akan dibuka oleh Ibu Ani Yudhoyono, istri Presiden Susilo Bambang Yudhoyono,” imbuhnya.

(UPEKS, 28-04-2011)

Pameran Sutera Sulsel Jadi Ajang Bisnis Travel


Pameran sehari sutera Sulsel bertajuk South Sulawesi Silk Day 2011 di Denpasar jadi ajang bisnis travel antara perusahaan perjalanan wisata Sulsel dan Bali.

Dalam satu jam ajang kunjungan sinkronisasi paket wisata antara perusahaan perjalanan wisata Bali dan Sulawesi Selatan (Sulsel) sudah sangat padat.

"Dengan begini travel Bali dapat membuat paket wisata Sulsel, saya yakin mereka mampu, "kata Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah (BKPMD) Sulsel Irman Yasin Limpo di Denpasar, Sabtu.

Tidak hanya memfasilitasi pertemuan bisnis antara pelaku sutera, dalam penyelenggaraan South Sulawesi Silk Day kali ketiga ini, BKPMD sebagai penyelenggara juga memfasilitasi pertemuan bisnis sektor pariwisata melibatkan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sulsel serta PHRI dan Asita Sulsel.

Perwakilan Asosiasi Travel Indonesia (Asita) Sulsel Didi Leonardo Manaba, memanfaatkan kegiatan ini dengan memperkenalkan paket-paket wisata baru yang diyakini dapat menarik wisatawan lebih lama tinggal di Sulsel.

"Kita sinergikan agenda pariwisata Disbudpar dengan Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) dan Asita seperti paket arung jeram, dan tur outbound,"ujarnya.

Ia mengharapkan, dalam kerjasamanya dengan Asita Bali terutama terkait dengan penyesuaian kedatangan tamu-nya ke Makassar.

"Jika wisatawan mengagendakan waktu kunjungannya ke Bali, dua atau tiga hari-nya bisa diagendakan ke Makassar," jelasnya yang menambahkan kegiatan ini penting sebagai bagian dari suksesnya tahun kunjungan wisata Sulsel 2012.

PHRI menambahkan, jumlah kamar hotel di seluruh Sulsel saat ini sebanyak 3000 kamar.

Sekitar 1000 diantaranya berada di Tana Toraja dan 450 kamar berada di antara perjalanan dari Kota Pare Pare ke Toraja.

(Antara News, 23 April 2011)


Pameran sehari sutera Sulsel bertajuk South Sulawesi Silk Day 2011 di Denpasar jadi ajang bisnis travel antara perusahaan perjalanan wisata Sulsel dan Bali.

Dalam satu jam ajang kunjungan sinkronisasi paket wisata antara perusahaan perjalanan wisata Bali dan Sulawesi Selatan (Sulsel) sudah sangat padat.

“Dengan begini travel Bali dapat membuat paket wisata Sulsel, saya yakin mereka mampu, “kata Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah (BKPMD) Sulsel Irman Yasin Limpo di Denpasar, Sabtu.

Tidak hanya memfasilitasi pertemuan bisnis antara pelaku sutera, dalam penyelenggaraan South Sulawesi Silk Day kali ketiga ini, BKPMD sebagai penyelenggara juga memfasilitasi pertemuan bisnis sektor pariwisata melibatkan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sulsel serta PHRI dan Asita Sulsel.

Perwakilan Asosiasi Travel Indonesia (Asita) Sulsel Didi Leonardo Manaba, memanfaatkan kegiatan ini dengan memperkenalkan paket-paket wisata baru yang diyakini dapat menarik wisatawan lebih lama tinggal di Sulsel.

“Kita sinergikan agenda pariwisata Disbudpar dengan Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) dan Asita seperti paket arung jeram, dan tur outbound,”ujarnya.

Ia mengharapkan, dalam kerjasamanya dengan Asita Bali terutama terkait dengan penyesuaian kedatangan tamu-nya ke Makassar.

“Jika wisatawan mengagendakan waktu kunjungannya ke Bali, dua atau tiga hari-nya bisa diagendakan ke Makassar,” jelasnya yang menambahkan kegiatan ini penting sebagai bagian dari suksesnya tahun kunjungan wisata Sulsel 2012.

PHRI menambahkan, jumlah kamar hotel di seluruh Sulsel saat ini sebanyak 3000 kamar.

Sekitar 1000 diantaranya berada di Tana Toraja dan 450 kamar berada di antara perjalanan dari Kota Pare Pare ke Toraja


(torajacybernews.com, 24 April 2011)

Sulsel Usulkan Larangan Impor Sutera China


Pemerintah Provinsi Sulsel telah mengusulkan kepada Kementerian Kehutanan untuk membuka larangan impor benang sutera dari China.

"Kami telah meminta Dinas Kehutanan Pemprov Sulsel dan Kementerian Kehutanan untuk membuka larangan impor dari China." ujarnya di Denpasar, Sabtu pada kegiatan promosi sutera sehari South Sulawesi Silk Day.

Dengan larangan impor tersebut diharapkan dapat kembali menggenjot produksi bahan baku sutera Sulsel untuk mengantisipasi kebutuhan industri. "Sutera kita bermasalah karena produksi memang turun," ujarnya.

Sulsel juga mencoba alternatif lainnya dengan mengawinkan telur ulat sutera China dan Sulsel. "Kita perlu telur China karena hasil benang suteranya cocok dengan mesin-mesin produksi dari China," tambahnya.

Perkawinan telur China dan Sulsel ini adalah cara untuk beradaptasi dengan teknologi mesin pengolahan sutera China.

"Yang paling penting bagaimana meningkatkan produksi-nya di hulu," ujarnya.

Terkait kondisi ini, Kepala Bidang Promosi BKPMD Sulsel Sukarniaty Kondolele mengatakan, kegiatan South Sulawesi Silk Day 2011 dan dua kegiatan serupa sebelum di Jakarta dan Singapura pada Desember 2010 adalah salah satu langkah untuk menggenjot produksi.

"Setiap tahunnya telah memperlihatkan kecenderungan peningkatan produksi," ujarnya.

Selain itu, telah terjalin pula kerja sama dengan investor untuk teknologi pengolahan untuk peningkatan komoditas dari sisi kualitas. "BNI juga sudah melakukan penjajakan untuk pembinaan pengrajin di hulu," tambahnya.

Kepala UPTD Balai Pengembangan Teknologi Tekstil Disperindag Iskandar Zulkarnaen, permintaan sutera Sulsel, secara nasional merupakan yang tertinggi.

"Ini peluang. Kita juga sudah masuk dengan pewarnaan-pewarnaan alam sehingga pada 2012 kita sudah mampu kembali memperlihatkan kain sutera alami milik Sulsel," tambahnya

(
Seputar Sulawesi.com, Sabtu, 23 April 2011)

Pengusaha Bali Banjiri Silk Day

Pengusaha dan pengunjung Discovery Mall Bali memadati acara South Sulawesi Silk Day di pusat perbelanjaan yang berlokasi di Jl Kartika, Kuta, Denpasar, Bali Sabtu (23/4/2011).

Acara ini diawali dengan pertemuan bisnis antara pelaku usaha pariwisata Sulsel dengan Provinsi Bali. Mereka terlihat berbincang disejumlah meja yang disiapkan untuk transaksi bisnis tersebut.

Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah (BKPMD) Sulsel selaku koordinator acara ikut memboyong pengusaha pariwisata asal Sulsel melalui Asita, PHRI, dan produsen-pengrajin sutera.

"Tentu acara seperti ini bermanfaat bagi pengusaha Bali untuk mengenal lebih dekat potensi Sulawesi Selatan," kata pengusaha Bali asal Sulsel Yusuf Tayyeb ditemui di sela-sela South Sulawesi Silk Day.

Yusuf merupakan kakak kandung Zaenal Tayyeb yang juga pengembang kawasan wisata Gowa Discovery Park yang akan berdiri di areal Somba Opu, Kabupaten Gowa.

Kepala Bidang Promosi BKPMD Sulsel Sukarniaty Kondolele mengatakan selain untuk mempromosikan sutera Sulsel acara ini juga digelar sebagai pemanasan event South Sulawesi 2012.

"Tujuan acara ini sekaligus untuk menjalin kontak bisnis antara pengusaha Sulsel serta pengusaha Bali di Bali. Kami berharap penjajakan kerja sama bisa terjalin dengan pengusaha garmen dan pariwisata di sini. Ini bisa semakin memperluas pemasaran sutera kita," kata Sukarniaty.

(Tribun News, Sabtu, 23 April 2011)

Selasa, 26 April 2011

Norwegia Apresiasi Birokrasi Investasi Sulsel

Pemerintah Norwegia mengapresiasi birokrasi investasi Provinsi Sulawesi Selatan dan Pemerintah Kabupaten Sinjai dan Gowa dalam mendukung realisasi investasi Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Tangka Manipi.

Presiden Direktur PT Sulawesi Mini Hydro Power Knut Fossum, pengelola PLTA, mengungkapkan, rasa terima kasih pada dukungan Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo dan Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah (BKPMD) Sulsel pada peresmian PLTA Tangka Manipi di rumah jabatan gubernur, di Makassar, Kamis.

"Selama proses pembangunan ini kami menghadapi masalah dan dibantu oleh semua pihak dan Duta Besar Norwegia melewati sulitnya birokrasi di sini," ujarnya.

Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo, menjelaskan,
pada proses perijinan investasi tersebut harus diterbitkan oleh dua kabupaten karena Sungai Tangka yang dimanfaatkan sebagai tenaga pembangkit terletak diantara dua kabupaten.

"Ada ijin di atas satu sungai, dua ijin otonomi, bolehlah ada otonomi tapi ini kepentingan rakyat. Harus menjadi sumber yang sama dan dikendalikan secara bersama. Mereka sudah terlihat senang, awalnya memang sempat tumpang tindih," jelasnya.

Ia juga mengucapkan terima kasih kepada dua bupati karena telah mengatasnamakan kepentingan rakyat dan tidak mempermalukan bangsa di depan Norwegia.

"Ini, menjadi pembelajaran berarti, sepanjang untuk kepentingan rakyat kita mengalah dan hasilnya pasti akan baik," ujarnya yang menambahkan bahwa Norwegia sangat teliti dan mau melihat respon dan tanggung jawab.

Ia juga mengapresiasi terhadap teknologi Norwegia yang selaras dengan kelestarian lingkungan. "Jika ada yang masuk saya akan mendukung penuh dan memberikan keringanan-keringanan investasi," katanya.

Ia berharap, kerja sama pertama pada pembangkit listrik 10 megawatt ini dapat mengikutsertakan masyarakat lokal pada pembangkit ini sehingga suksesnya perusahaan juga menjadi sukses masyarakat setempat.

Selain membicarakan investasi kelistrikan, Sulsel dan Norwegia juga menjajaki potensi tambang dan kelautan dan perikanan.

Duta Besar Norwegia untuk Indonesia Eivind S. Homme investasi pembangkit listrik ini merupakan tindak lanjut nota kesepahaman antara Indonesia dan Norwegia pada 1995 dan deklarasi perjanjian bilateral energi pada 2007.

Kesepakatan ini juga melibatkan beberapa perusahaan sekaligus menjadi awal bagi proyek-proyek di masa depan di Indonesia.

Ia menambahkan, Norwegia adalah negara terbesar keenam sebagai produsen PLTA dunia hingga kapasitas 120 megawatt dengan 99 persen keberhasilan didukung ahli-ahli terbaik. "Kami akan datang kembali dengan tawaran yang lain," ujarnya.

(Phinisinews, 03-03-2011)

Blue Steel Siap Investasi Rp80 M di Sulsel

MAKASSAR -- Dalam sehari, Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo menerima dua rencana investasi ke daerahnya. Pertama investasi baja ringan dan kedua pembangunan pabrik pengolahan kepala sawit.

Investasi baja ringan rencananya akan dilakukan PT Blue Steel Australasia yang beroperasi di Jawa Barat dengan menempatkan satu pabriknya di Sulsel. Perusahaan manufaktur baja ringan ini mengajukan kerja sama ke Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulsel dalam bentuk penyertaan modal.

Direktur Blue Steel Australasia Benny Lau, menjelaskan, perusahaan yang dipimpinnya memproduksi aneka produk bahan bangunan berkualitas. Seperti, rangka atap, genteng metal, hingga penutup atap dari baja ringan. Saat ini Sulsel memang belum ada industri baja ringan yang bisa memenuhi seluruh kebutuhan pasar.

Dengan hadirnya pabrik baja ringan di Sulsel, akan mampu mendorong perekonomian di daerah ini. Apalagi, Blue Steel juga sedang mengembangkan proyek rumah subsidi yang terbuat dari baja ringan. Blue Steel menjajaki investasi di Sulsel mencapai Rp80 miliar.

"Luas lahan yang kami butuhkan sekira 3,5 hektare dan tenaga kerja antara 100 sampai 300 orang," ungkap Benny saat bertemu dengan Gubernur Sulsel H Syahrul Yasin Limpo, di Kantor Gubernur Sulsel, Kamis 24 Maret.

Syahrul sendiri mengatakan hal itu cukup bagus hanya saja, dia harus mengkaji dulu, termasuk membicarakan hal itu ke DPRD Sulsel.

Selain itu ada tiga investor yang akan membangun industri kelapa sawit di Kabupaten Wajo. Mereka akan mengelola lahan seluas 25.000 hektare.

Tiga investor yang akan mengelola sawit Wajo diproyeksi berkapasitas produksi 6.000 ton per hari dengan luas lahan 2.5000 hektar. Saat ini, PT Intaran mulai merancang pembangunan pabrik.

Bupati Kabupaten Wajo Burhanuddin Unru usai bertemu gubernur mengatakan kepala sawit sangat bagus dikembangkan asalkan ada pabriknya.

Kadis Perkebunan Sulsel Burhanuddin Mustafa menambahkan, tiga investor yang tertarik membangun industri kepala sawit di Wajo kini sedang mematangkan Amdal untuk pembangunan pabrik.

Sulsel kata dia, memang potensi mengembangkan sawit karena modal awal untuk industri sawit termasuk murah. Untuk lahan seluas 10.000 hektare senilai Rp50 juta per hektare dengan harga bibit senilai Rp30.000 per pohon,

(fajar,
Jumat, 25 Maret 2011)

PMA Dominasi Investasi Sulsel 2011

Penanaman Modal Asing (PMA) diperkirakan masih akan mendominasi bentuk investasi di Provinsi Sulawesi Selatan pada 2011.

Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah Sulsel Irman Yasin Limpo di Makassar, Selasa mengatakan, dari sejumlah calon investor tersebut kebanyakan merupakan realisasi dari penjajakan dan arahan yang dilakukan sepanjang 2010, seperti investasi pembangkit listrik..

"Kecenderungan lebih besar PMA lebih bagus karena modalnya kuat," katanya usai pembukaan rapat koordinasi penanaman modal daerah 2011.

Ia mengatakan, negara-negara yang akan menanamkan modalnya pada tahun ini di Sulsel antara lain India, Korea, Singapura dan Eropa.

"Kebanyakan industri pertanian dan pengolahan makanan, satu atau kemungkinan dua di bidang energi tapi dengan nilai investasi besar," ujarnya.

Menurut dia, peningkatan investasi PMA ditargetkan mencapai dua persen pada 2011.

Sulsel juga mendorong peningkatan investasi komoditas kakao tahun ini.

"Surat dari industri makanan dunia, Nestle, Swiss telah kami terima untuk menggelar sosialisasi tentang industri kakao," ujarnya.

Ia berharap melalui kegiatan sosialisasi tersebut akan diperoleh banyak masukan positif agar Nestle bisa benar-benar menanamkan modalnya di Sulsel.

Sebelumnya, Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo mengatakan, kurang lebih ada 24 industri yang akan masuk ke Sulsel pada 2011.

Menurut Irman, 24 industri baru tersebut merupakan industri manufaktur, jasa pariwisata, termasuk hasil kunjungan kerja gubernur ke luar negeri seperti Korea.

Melihat ekspansi yang besar dari industri yang sudah ada dan rencana masuknya calon investor industri baru pemprov melakukan langkah antisipasi, utamanya pada ketersediaan energi dan peningkatan pelayanan.

Ia menjelaskan, pihaknya akan meminta dukungan kepada Badan Koordinasi Penanaman Modal Pusat, terkait pelayanan dan dukungan pemerintah pusat terhadap fasilitasi pelayanan dan keberpihakan terhadap investor.

"Rekomendasi dari BKPM ke BKPMD supaya mengeluarkan regulasi tersendiri terkait kerja sama swasta dan pemerintah. Jadi tidak ada lagi per sektor semua diatur satu pintu, supaya regulasinya satu," katanya.

Data BKPM Pusat menyebutkan per September 2010, Sulsel menempati peringkat keenam untuk investasi PMA senilai 439,7 juta dolar Amerika dengan 32 proyek dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) menempati peringkat 11 dengan nilai investasi sebesar Rp1.059,9 miliar dengan 22 proyek

(antara, Selasa, 08 Maret 2011)

Blogger templates made by AllBlogTools.com